Jakarta – Banyak warga Korea Selatan dilaporkan skeptis atas pengumuman Korea Utara yang hendak menghentikan uji coba peluru kendali dan nuklirnya. Hal ini menyoroti risiko politik yang diemban presiden Korsel di upaya terbarunya mendorong perdamaian kawasan.
Korea Utara akan segera menunda uji coba rudal dan nuklirnya serta menutup situs pengujian di Punggye-ri. Sebagai gantinya, kata kantor berita pemerintah setempat, Korut akan mengejar pertumbuhan ekonomi dan perdamaian.
Namun, di Korsel, negara yang secara teknis masih berperang dengan tetangganya itu, banyak masyarakat umum menyuarakan skeptisisme atas ketulusan pengumuman itu. Mereka pun menekankan pemerintahnya mesti hati-hati menghadapi perkembangan terbaru ini.
“Deklarasi hanyalah deklarasi,” kata Kim Han-nuri, pelajar berusia 23 tahun yang ditemui Reuters di pusat kota Seoul, Sabtu (21/4).
Di Jepang, negara yang hingga beberapa bulan terakhir masih terus diancam akan dihancurkan Korut, masyarakat juga ragu melihat perkembangan ini.”Ini akan jadi pertemuan tingkat tinggi ketiga antara kedua Korea.”
Jika tidak ada perubahan pada sistem diktatorialnya, saya rasa kita tidak bisa sepenuhnya memercayai apapun yang dinyatakan Korea Utara karena negara itu bukan negara normal… saya tidak percaya kita bisa membangun hubungan diplomatik normal dan keamanan kita tak bisa dijamin.”
Warga Korsel selama beberapa dekade terakhir ini hidup di bawah ancaman perang dengan tetangganya yang berkekuatan nuklir.
Mereka juga sudah beberapa kali dihadapkan pada beberapa kali upaya rekonsiliasi yang hanya membawa harapan perdamaian palsu.
Survei menunjukkan warga Korsel semakin cuek pada ancaman perang dan kini lebih peduli pada masalah seperti pekerjaan atau tekanan yang menyertai pertumbuhan cepat Korsel sejak 1950.
Korea Utara tampak akan melakukan denuklirisasi saat dua pertemuan sebelumnya dan kita balik lagi ke nol,” kata Yeo.Politikus liberal, Moon Jae-in, memenangkan pemilihan presiden tahun lalu, menjanjikan pendekatan lebih moderat terhadap Korea Utara.
Namun, tidak ada yang memprediksi hubungan kedua negara bisa membaik begitu cepat sejak pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menyatakan niat perbaikan hubungan di akhir tahun lalu, setelah berbulan-bulan tegang karena senjata nuklirnya.
Moon, yang tengah mempersiapkan pertemuan tingkat tinggi dengan Kim bulan ini, masih populer di mata masyarakat. Namun, para pemilih curiga pada niat Korea Utara dan beberapa pihak tentu akan menilai buruk jika ia terlihat buru-buru jatuh ke pelukan Korut.
Yeo Young-ju (44), mengatakan Korea Utara sudah mengembangkan bom nuklir selama beberapa dekade dan kali ini negara itu tidak boleh sampai mendapatkan keuntungan ekonomi hingga janjinya terbukti.
“Kita mesti memverifikasi jika mereka benar-benar menyingkirkan material nuklirnya,” kata Yeo.
Lee Jeong-hyoo (72), mengatakan Korea Selatan mesti belajar dari sejarah pengingkaran janji Korea Utara.
“Kita tidak boleh tertipu,” kata Lee. “Kita harus melihat ini dengan seksama.”
“Saya tak bisa percaya apa yang baru saja diumumkan Korea Utara,” kata pekerja IT, Sayuri Nakata (27), merujuk pada janji Korut menghentikan uji coba nuklirnya.
“Mereka mungkin akan tetap melakukannya.”(cn)